HALO SULAWESI.COM, BOLSEL- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel) berhasil menurunkan angka prevalensi stunting menjadi 2,19 persen membuktikan sebuah capaian memuaskan di akhir tahun 2024.
Di mana pada tahap aksi 7 ini, dilakukan pelaporan hasil pengukuran balita (bayi bawah lima tahun) dan baduta (bayi bawah dua tahun) yang termasuk kategori stunting pada aplikasi sistem Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM).
Berdasarkan grafik di atas, diketahui terdapat satu kecamatan mengalami kenaikan prevalensi stunting yaitu Kecamatan Pinolosian Tengah 1,2% (2023) menjadi 1,9% (2024).
Sedangkan enam Kecamatan lainnya mengalami penurunan prevalensi stunting yaitu Kecamatan Posigadan dari angka 2.62% (2023) menjadi 2,57% (2024), Kecamatan Helumo dari angka 4,3% (2023) menjadi 2,5% (2024), Kecamatan Bolaang Uki dari angka 4,8% (2023) menjadi 3,3% (2024), Kecamatan Pinolosian dari angka 3% (2023) menjadi 1,6% (2024), Kecamatan Pinolosian Timur wilayah kerja Puskesmas Dumagin dari angka 2,2% (2023) menjadi 0,6% (2024) dan wilayah kerja Puskesmas Onggunoi) dari angka 1,7% (2023) menjadi 0,6% (2024), Kecamatan Tomini dari angka 1,7% (2023) menjadi 1,1% (2024).
Dari hasil analisis feedback SKI dengan 57 blok sensus dan 572 sampel rumah tangga diperoleh jumlah 189 balita stunting dengan total cakupan 33%.
Analisis yang dilakukan dengan menyandingkan data SKI dan data e-PPGBM pengukuran bulan Oktober Tahun 2023 (disesuaikan dengan bulan pendataan SKI tahun 2023 pada bulan Agustus sampai dengan Oktober).
Selanjutnya 189 balita stunting yang disandingkan dengan By Name By Address data e-PPGBM bulan oktober dengan persentase entry sasaran 100% yang artinya semua balita telah terukur, sejumlah 5415 balita, maka diperoleh beberapa kesimpulan.
1. 189 balita sasaran SKI / 5415 sasaran e-PPGBM = 3,5% prevalensi stunting;
2. 189 balita sasaran SKI / 1878 balita (total jumlah, hasil sandingan data e-PPGBM) sasaran SKI pada 57 blok sensus = 10% prevalensi stunting;
3. 189 jumlah balita sasaran SKI / 572 sasaran rumah tangga di 57 blok sensus = 33%;
4. Terdapat 56 balita stunting data SKI (hasil sandingan data e-PPGBM) pada 57 desa blok sensus / 572 balita sasaran SKI = 9,8% prevalensi stunting;
5. 56 Balita stunting data SKI (hasil sandingan data e-PPGBM) pada 57 desa blok sensus / 5415 sasaran e-PPGBM = 1,03% prevalensi stunting;
6. 56 balita stunting data SKI (hasil sandingand ata e-PPGBM) pada 57 desa blok sensus / 1878 sasaran di blok sensus SKI = 2,98% prevalensi stunting.
Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka ditelusuri lebih lanjut by name by address data sasaran rumah tangga sampel survey SKI yang disandingkan dengan data e-PPGBM untuk diketahui faktor determinan penyebab balita stunting.
Diperoleh kesimpulan hanya 1% dari 572 sampel yang termasuk balita stunting, terdapat 36% dari 572 sampel yang termasuk dalam keluarga resiko stunting dan 63% dari 572 sampel yang termasuk dalam keluarga biasa.
Wakil Bupati Bolsel, Deddy Abdul Hamid mengatakan, keberhasilan penurunan prevalensi stunting yang terjadi di Kabupaten Bolsel selain atas dukungan dari Pemerintah Daerah dan Desa, juga didukung oleh Komunitas, Organisasi Masyarakat, Perusahaan swasta dan masyarakat filantropi melalui program Bolsel Tuntaskan Stunting (BTS) yang dilaksanakan sejak awal tahun 2023 sampai saat ini memasuki akhir tahun 2024.
“Dengan berbagai capaian di atas, Pemkab Bolsel telah berhasil meraih penghargaan Terbaik II se-Provinsi Sulawesi Utara atas Pelaksanaan Penilaian Kinerja 8 Aksi Konvergensi Percepatan Penurunan Stunting tahun 2023 yang dilaksanakan di Manado pada bulan September tahun 2024,” ucap Wabup Deddy.
“Prestasi ini diharapkan menjadi motivasi untuk terus meningkatkan kinerja pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi Stunting di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan,” tuturnya sambil menambahkan.
“Ke depan, Pemerintah Daerah berharap persentase prevalensi stunting di kabupaten Bolaang Mongondow Selatan akan terus mengalami penurunan dan dapat mendukung target Nasional sesuai target yang ada dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Naisonal (RPJMN) yaitu 14% (pengukuran SSGI/SKI) di tahun 2024.” harap Deddy Abdul Hamid.