ads

Wali Kota Kotamobagu Resmi Membuka Symposium Dermatologi 2025

KOTAMOBAGU- Wali Kota Kotamobagu, dr. Weny Gaib, Sp.M., secara resmi membuka Symposium Kotamobagu Dermatovenereology Aesthetic Update 2025 dengan tema “The Impact of Skin Diseases”.

Acara ini menjadi momentum penting bagi para profesional medis di Sulawesi Utara untuk memperdalam pengetahuan tentang penyakit kulit yang semakin menjadi perhatian kesehatan masyarakat.

Berlangsung di Ballroom Sutanraja Hotel, Kotamobagu, Minggu 19 Oktober 2025, kegiatan ini menarik perhatian para dokter spesialis kulit dan kelamin serta dokter umum dari berbagai wilayah di Sulawesi Utara, menandai komitmen bersama dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.

Dalam sambutannya, Wali Kota dr. Weny Gaib menyampaikan rasa terima kasih kepada panitia penyelenggara. “Saya mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah menyelenggarakan Symposium Kotamobagu Dermatovenereology Aesthetic Update 2025 di Kota Kotamobagu,” ujarnya.

Ia berharap agar kegiatan serupa dapat terus digelar di Kotamobagu untuk mendukung perkembangan ilmu kedokteran di daerah.

Lebih lanjut, Wali Kota menekankan manfaat symposium sebagai kesempatan emas bagi para dokter. “Symposium ini merupakan kesempatan yang sangat baik bagi teman-teman dokter untuk memperoleh ilmu langsung dari para dosen dan narasumber yang ahli serta berpengalaman di bidangnya,” tambahnya. Melalui forum ini, peserta diharapkan dapat menambah wawasan dan meningkatkan kompetensi dalam praktik sehari-hari.

Dr. Weny Gaib juga menyoroti dampak langsung dari kegiatan ini terhadap pelayanan kesehatan. “Diharapkan para peserta dapat menambah wawasan, meningkatkan kompetensi, sehingga mampu menerapkan ilmu yang diperoleh dalam praktik pelayanan kesehatan,” katanya.

Pernyataan ini sejalan dengan upaya pemerintah daerah untuk memperkuat sektor kesehatan di tengah tantangan penyakit kulit yang semakin kompleks.

Symposium ini diselenggarakan oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI) Cabang Manado. Organisasi ini dikenal aktif dalam mengadakan edukasi berkelanjutan bagi anggotanya, memastikan standar praktik dermatologi tetap tinggi di wilayah Sulawesi Utara.

Menurut data terkini, prevalensi penyakit kulit di Indonesia mencapai rentang 4,60% hingga 12,95%, menjadikannya sebagai salah satu dari sepuluh penyakit terbanyak di negara ini. Khusus untuk dermatitis, prevalensi mencapai 6,78%, dengan 90% kasus terkait pekerjaan berupa dermatitis kontak. Angka ini menunjukkan urgensi update ilmu seperti yang dilakukan dalam symposium ini.

Skabies, salah satu penyakit kulit umum, memiliki prevalensi bervariasi antara 5,60% hingga 12%, dan menempati peringkat ketiga di antara penyakit kulit teratas di Indonesia. Di Sulawesi Utara, symposium ini diharapkan menjadi katalisator untuk mengurangi dampak penyakit ini melalui peningkatan kompetensi dokter, tak terkecuali di Kotamobagu.

Dengan adanya narasumber ahli, peserta tidak hanya mendapatkan teori tapi juga aplikasi praktis dalam menangani dampak penyakit kulit, termasuk aspek estetika yang semakin diminati masyarakat. Hal ini selaras dengan proyeksi peningkatan kasus kanker kulit seperti melanoma sebesar 5,9% pada 2025.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *