Pemdes Binsel dan Masyarakat Gelar Peringatan Maulid Nabi Secara Tradisonal

HALOSULAWESI.COM, BOLSEL, Pemerintah Bersama Masyarakat Desa Biniha Selatan (Binsel) Kecamatan Helumo Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel) Peringati Maulid Nabi Muhammad SAW 12 Rabiul Awal 1446 H Tahun 2024 secara Tradisonal yang digelar di Masjid Al-Falah Biniha Selatan pada Kamis (19/09/24).

Sangadi Biniha Selatan, Laode K Pabela menyampaikan apresiasi kepada seluruh masyarakat dan pihak-pihak yang telah membantu terselenggaranya peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW sehingga berjalan lancar dan sukses.

“Atas nama Pemerintah Desa Biniha Selatan dan Pribadi saya ucapkan terima kasih atas kerjasamanya, lebih khusus kepada seluruh masyarakat serta para pezikir dari luar desa bahkan kecamatan,” ucap Laode.

Terpantau, masyarakat Desa Biniha Selatan sangat antusias ikuti serangkaian acara perayaan maulid, dengan nuansa tradisi Gorontalo yang disebut walima tersebut.

Serangkaian kegiatan dimulai dari pembenahan masjid Al-Falah Binsel oleh seluruh masyarakat, selain itu keseruan juga tidak bisa dielakkan saat panitia bersiap-siap membagi kue walima kepada para petugas, masyarakat dan tamu undangan.

Lebih lanjut, Laode mengungkapkan bahwa peringatan Maulid Nabi ini digelar tak hanya dimanfaatkan sebagai momen berbagi antar sesama, namun menjadi ajang dalam meningkatkan kecintaan serta meneladani sifat tauladan Nabi Muhammad SAW.

“Semoga apa yang telah kita laksanakan ini dihitung pahala dan Insya Allah kita bisa mendapatkan syafaat dari Rasulullah SAW,” ungkapnya.

Wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel) yang dikenal religius merupakan daerah yang dihuni oleh berbagai macam suku diantaranya Gorontalo, mongondow, Bolango, sanger dan masi banyak lagi.

Menariknya saat perayaan hari-hari besar keagamaan seperti peringatan maulid nabi sebagian masyarakat bolsel yang berasal dari suku gorontalo merayakan nya secara walima.

Tolangga dalam bahasa daerah Gorontalo adalah keranda tempat menata kue-kue tradisional yang biasanya terbuat dari bilah kayu atau bambu dengan bentuk menara, masjid, atau perahu.

Kue-kue tradisional seperti kolombengi, sukade, wapili, telur rebus, dan lainnya diisi ke dalam plastik dan disusun menyesuaikan bentuk tolangga.

Zaman yang berubah membuat walima sedikit mengalami modifikasi. Beberapa hiasan tolangga ditambah dengan makanan dan minuman yang sudah siap saji seperti kopi saset, makanan ringan kemasan, mie instan dan sebagainya.

Sedangkan dikili memiliki arti dzikir, dikili melantunkan rasa syukur dan doa kepada baginda Rasulullah atas kelahirannya, uniknya naskah dikili ditulis dengan bahasa Arab pegon, yaitu tulisan Arab tanpa baris bunyi namun dilantunkan dengan bahasa gorontalo.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *